Sabtu, 25 Juli 2009

detius yoman JUDUL NOVEL / ARTIKEL :Pengantar Logikar,Pembagian logika,pikiran

detius yoman

JUDUL NOVEL / ARTIKEL :Pengantar Logikar,Pembagian logika,pikiran

Tidak logis…Tidak masuk akal…

Kita sering mendengar ucapan seperti itu dalam kehidupan sehari-hari.

Sebenarnya, Apakah yang disebut dengan tidak logis itu?
Dan apa pula yang dimaksud dengan tidak masuk akal itu?
Kemudian, Apakah semua hal bisa dijelaskan dengan logika?

Mari kita lihat…

Dalam bahasa sehari-hari, kita sering mendengar ucapan seperti ini ;

Alasannya tidak logis, berita itu tidak logis…, sekilas bagi kita seperti sudah maklum (mengetahui) dengan persis, apa maksud dari kata-kata itu…

Tapi coba kita check kembali, apakah kita betul-betul sudah mengetahui apa maksud dari kata-kata tersebut. ‘Logis‘ yang dimaksud dalam kata-kata tersebut adalah ‘logika‘ , jadi apakah logika itu?

Logika dalam definisi verbal, terdapat berbagai macam definisi tentangnya, namun hampir semua tukang definisi menyimpulkan, Logika adalah ‘Aturan Berpikir Benar’

Apakah aturan berpikir yang benar itu?

Aturan berpikir yang benar adalah inti dari kajian logika. Logika bisa digunakan sebagai alat untuk menguji, apakah berpikir seperti ini sudah benar? Ataukah berpikir yang seperti itu yang benar? Dalam perkara menguji aturan berpikir, peran logika persis seperti alat ukur (Meteran,red) untuk situkang jahit, Berapa ukuran baju si fulan? Berapa cm ?

Atau seperti bandulan pengukur tegak lurus sebuah bangunan, bagi tukang bangunan, dengan bandulan ini tukang bangunan bisa mengukur, Apakah dinding yang ia bangun sudah tegak lurus atau belum.

Karena ‘tugas’ logika menangani hal-hal yang bersifat ‘aturan’ , maka logika juga bisa didefinisikan sebagai : ‘ Aturan yang mematok hukum-hukum berpikir untuk membedakan penalaran yang benar dari penalaran yang salah’

Dari tugas itu, sekarang sudah menjadi lebih jelas…bahwa logika tidaklah bertugas untuk mengukur dalamnya isi hati seseorang dan luasnya makna beberapa ayat-ayat dalam kitab suci yang abstrak. Karena tugas logika adalah untuk mengukur cara berpikir yang benar, kemudian timbul pertanyaan, apakah kalau cara berpikirnya sudah benar, logika mampu juga untuk mengukur ISI dari pikiran itu?

Untuk menjawab itu, mari kita lihat tugas dan pekerjaan logika lebih kedalam lagi….

Apakah pekerjaan logika?

Logika bekerja dengan penalaran…

Kalau begitu sekarang kita harus tahu dulu, bagaimana penalaran (fikr) bekerja. Cara kerja penalaran adalah mengubah hal-hal yang belum diketahui menjadi pengetahuan baru. Yaitu melalui proses berpikir yang bertolak dari sebuah target yang sudah diketahui menuju serangkaian premis yang diketahui untuk menghasilkan pengetahuan baru. Untuk mengerjakan proses ini, pikiran akan membuat bentuk (form) dan tata tertib tertentu, sehingga pikiran bisa bekerja dengan aturan yang baku.

Jadi sekarang kita sudah tahu, bahwa pekerjaan logika adalah untuk mengendalikan gerak pikiran saat sedang berpikir supaya tetap mengikuti form (bentuk) yang sudah distandarisasi…

Bagaimana logika mengendalikan penalaran (fikr) ini?

Mengendalikan, bisa diartikan sebagai mengatur. Logika mengatur gerak pikiran saat sedang berpikir dengan mengendalikan kemungkinan benar dan kemungkinan salah…

Argumentasi didalam pikiran kita bagaikan sebuah bangunan. Yang disebut dengan sebuah bangunan adalah jika bagian-bagian pengikatnya yang berupa batako, semen, besi dan bahan-bahan bangunan lainnya diambil dari bahan pendukung yang benar sesuai dengan fungsinya masing-masing. Apabila salah satu dari bahan bangunan ini diambil dari materi yang salah, maka akan berakibat langsung dengan keutuhan bangunan tersebut.

Bagaimana proses berpikir benar yang mengikuti bentuk (form) itu dikerjakan oleh logika?

Kita ambil contoh yang susunan bentuk (form) kata yang Benar TAPI isinya KELIRU

A : Setiap Manusia suka mencuri
B : Alexander adalah manusia

Kesimpulan : Alexander suka mencuri

Bentuk (form) diatas adalah BETUL, tapi ISI nya menjadi salah, coba kita teliti lagi :

A : Setiap manusia suka mencuri = Bentuk BENAR, tapi isi salah (tidak mungkin setiap manusia suka mencuri)
B : Alexander adalah manusia = Bentuk dan isi BENAR

Kesimpulan : Alexander suka mencuri = Bentuk (form) nya benar tapi ISI nya menjadi salah ketika menyimpulkan Alexander suka mencuri.

Contoh lain :

Kata 1. : Alexander adalah manusia
Kata 2 : Alexander adalah anggota STUDY CLUB
Kesimpulan : Manusia adalah anggota STUDY CLUB

Coba kita perhatikan :

Alexander adalah Manusia = BETUL
Alexander adalah anggota STUDY CLUB = BETUL

Tapi menjadi KACAU ketika disimpulkan menjadi : Manusia adalah anggota STUDY CLUB. Kekacauan terjadi karena menarik kesimpulan dari 2 objek yang berbeda

Kalimat-kalimat yang seperti inilah yang sering kita dengar sebagai sebuah pernyataan yang tidak logis…tidak masuk akal ….

Dan…

Tugas logika sebenernya ngurusin hal-hal yang seperti ini…inilah pekerjaan utama logika

Pembagian Logika

Banyak orang bertanya dimilist-milist yahoogroups, ada yang bertanya karena ingin tahu, ada yang bertanya karena iseng, ada yang bertanya karena sekedar ingin menguji persoalan logika, dan ada juga yang sangat mengerti dengan logika dan memberikan perhatian yang serius tentang itu, mereka menanyakan apakah yang dimaksud dengan logika?

Pengertian dan asal-usul sejarah logika sudah pernah saya tuliskan disebuah artikel, ditailnya bisa dilihat disini dan disini

Sekarang mungkin lebih baik kalau kita bicarakan kelanjutan dari artikel itu saja, yaitu apakah ilmu logika itu hanya satu? Ini lebih menarik kita bicarakan karena disebuah milist yahoogroups kemarin masih ada yang bertanya, apakah yang disebut dengan logika cinta? Apakah cinta mempunyai logikanya sendiri?

Jawaban saya atas pertanyaan serupa itu jelas dan tegas, TIDAK. Cinta tidak mempunyai logikanya sendiri :)

Ada pula seorang pakar yang bertanya kepada saya, Bagaimana dengan multivalue logic dan fuzzy logic?

Tentu dari contoh pertanyaan tersebut rasanya perlu kita mengulas sedikit tentang pembagian logika itu sendiri.

Logika dapat disistematisasikan menjadi beberapa golongan, tergantung darimana kita mau meninjaunya. Sistematisasi Logika pada umumnya dapat dibagi menjadi tiga, pertama dilihat dari segi kualitasnya, kedua dari segi metodenya dan yang ketiga dari segi objeknya.

Dalam artikel ini akan kita bicarakan yang pertama dulu, yaitu Logika dilihat dari segi kualitasnya. Dari segi kualitasnya Logika dibagi menjadi dua, pertama adalah Logika naturalis dan yang kedua adalah Logika ilmiah. Logika naturalis adalah sebuah kecakapan berlogika berdasarkan kemampuan akal bawaan manusia.

Pertanyaan seperti “apakah cinta mempunyai Logika nya sendiri?” adalah termasuk kedalam tinjauan logika naturalis, yaitu sebuah kemampuan alami dari seseorang untuk menggunakan Logika tanpa perlu mempelajari ilmu Logika terlebih dahulu.

Khabar baiknya untuk kita semua adalah, bahwa akal manusia memang dirancang untuk mampu berlogika secara spontan sesuai dengan hukum-hukum Logika dasar. Ini bisa dibuktikan dengan kemampuan semua orang untuk membedakan antara satu benda dengan benda yang lain itu adalah berbeda.

Betapapun rendahnya tingkat intelejensi seseorang, dia secara alami akan tahu bahwa sesuatu itu adalah dirinya sendiri. A adalah A bukan B, C, D ,E atau pun yang lainnya. Hal yang diketahui secara alami ini dalam ilmu Logika disebut sebagai Logika naturalis yang memenuhi kaidah dasar Logika yaitu asas pemikiran ketentuan nomor 1, yakni asas identitas. Ditail bisa dibaca disini :

Kita bisa saksikan disekitar kita aneka pernyataan dan pertanyaan yang pada dasarnya membicarakan Logika, mereka melakukan antraksi Logika naturalis dengan bobot dan cara yang berbeda-beda. Kemampuan mengolah Logika naturalis yang dimiliki oleh setiap manusia berbeda-beda tergantung tingkat intelejensi yang dimilikinya. Seorang orator politik bisa mengutarakan pernyataan-pernyataannya secara logis dan baik walaupun dia pada dasarnya belum pernah mempelajari ilmu Logika secara khusus. Seorang biduan bisa bernyanyi mengutip istilah-istilah Logika dengan baik walaupun dia sebenarnya belum tahu hubungan-bubungan Logika.

Namun sering juga kita temui banyak diantara mereka tidak bisa berbuat banyak ketika terlibat dalam kesulitan dan tekanan yang tinggi dalam berpikir, sering kesulitan dalam memecahkan persoalan itu dilakukan dengan mengikuti naluri alami yang lainnya saja, yaitu seperti mengikuti kecenderungan pribadi, kecenderungan kelompok, kecenderungan golongan, pengaruh teman, pengaruh kepentingan, dan sugesti-sugesti yang lainnya.

Tiba pada persoalan serupa diatas, maka terlihat jelas bahwa logika naturalis pada suatu titik akan mengalami jalan buntu. Untuk mengatasi kebuntuan berpikir seperti itulah maka orang-orang tempoe doeleo kemudian menyusun suatu aturan main dalam berlogika, yaitu sebuah aturan yang menyusun rumus-rumus, patokan-patokan dan hukum-hukum berpikir yang benar. Rumus-rumusan itu selanjutnya disebut dengan Logika ilmiah (logika Artifiliasi).

Logika ilmiah bertugas untuk memperhalus, mempertajam serta menunjukkan jalan pikiran agar akal dapat bekerja lebih teliti, efisien , mudah dan aman.

Sekarang mari kita lihat penggolongan yang lainnya…

Penggolongan yang lainnya adalah dari segi metodeloginya. Dari segi metodenya Logika dapat dibagi menjadi dua, yaitu Logika tradisional dan logika modern. Logika tradisional adalah Logika Aristoteles dan semua logikawan setelahnya yang mengikuti sistem Logika aristoteles

Logika modern mulai tumbuh dan berkembang setelah masa Aristoteles yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan penting, diantaranya adalah ketika diperkenalkannya metode baru semacam aljabar (Ars Magna) oleh Raymundus Lullus pada abad XIII.

Sejak pengenalan itu, akhirnya sampai juga kepada kita nama-nama besar lainnya seperti, Roger Bacon, Francis Bacon, Rene Descartes sampai dengan Goorge Boole dan Bertrand Russell sebagai tokoh logika modern.

Dilihat dari segi objeknya, Logika dapat dibagi menjadi logika formal dan Logika material. Logika formal bicara mengenai hukum-hukum, patokan-patokan dan rumus-rumus berpikir benar.

Sedangkan logika material lebih konsentrasi kepada metode induktifnya, yaitu meneliti atau mempelajari dasar-dasar persesuaian pikiran dengan kenyataan. Ia menilai hasil kerja logika formal dan menguji benar tidaknya dengan kenyataan empiris.

Dengan demikian maka sekarang semakin jelas bagi kita, bahwa logika sebenarnya selalu ada disekitar kita, baik kita mengetahuinya ataupun tidak. Logika bukan hanya se-onggokan ilmu yang jauh diseberang sana, tapi dia ada disini, disekitar kita. Disekitar kita sering berseliweran para pemakai logika naturalis .

Pikiran

Pikiran merupakan juru kunci didalam berlogika, sebenarnya apakah yang disebut dengan pikiran itu? Apakah semua orang sudah menyadari bahwa pikiran bisa bekerja sendiri secara otomatis dan juga bisa bekerja dengan tuntunan si pemilik pikiran?

Mari kita lihat…

Sebagaimana telah kita ketahui sebelumnya bahwa ilmu logika pada dasarnya adalah untuk mempelajari hukum-hukum, patokan-patokan dan rumus-rumus berpikir.

Sekarang yang menjadi pertanyaan kita adalah apakah semua pemikiran yang sering kita kemukakan dan pemikiran seseorang yang disampaikan kepada kita bisa dinilai logis atau tidak?

Membicarakan hal serupa ini serasa gampang-gampang susah, gampang karena bagi kebanyakan kita yang disebut berpikir ya berpikir aja. Tinggal ngikuti naluri saja, apa yang kita rasakan, apa yang kita yakini, bagaimana pikiran kelompok kita, bagaimana kecenderungan pribadi kita, bagaimana kepribadian dan sugesti-sugesti apa yang kita dapatkan, maka itulah yang akan kita sampaikan sebagai buah pikiran.

Namun demikian, diluar itu masih ada juga dari sebagian kita yang mengemukakan buah pikirannya dengan mengikuti luapan emosi seperti caci maki, kata pujian atau pernyataan keheranan dan kekaguman. Model seperti ini sering ditemui di milist-milist yahoogroups.com :)

Membicarakan pikiran juga bisa menjadi susah jika kita harus menilai hasil buah pikiran yang disampaikan itu, apakah sudah benar atau salah? Sudah bertujuan “baik” atau “jahat” , bertujuan mengatakan fakta apa adanya atau hanya sekedar ingin memutar balikkan fakta, bertujuan untuk memperoleh keuntungan pribadi dan kelompok atau untuk tujuan kebenaran dan lain-lain.

Bagaimana cara kita untuk mengetahui apa yang disampaikan seseorang dalam buah pikirannya adalah merupakan tugas ilmu logika untuk mengukurnya. Ilmu Logika akan menyelediki, menyaring dan menilai buah pikiran seseorang dengan cara serius dan terpelajar serta bertujuan mendapakan kebenaran terlepas dari segala kepentingan perorangan dan kelompok. Logika akan merumuskan, menetapkan patokan-patokan dan memberikan hukum-hukum yang harus ditaati agar manusia bisa berpikir benar, efisien dan teratur.

Sekarang yang menjadi perhatian kita adalah, bagaimana caranya ilmu logika melakukan hal serupa diatas?

Logika melakukan hal serupa diatas bisa dengan dua cara, pertama dengan meneliti logika formalnya, yaitu melakukan penelitian terhadap kaidah logikanya, hukum-hukum logikanya dan patokan-patokan yang digunakan, apakah sudah benar atau masih salah dalam menarik kesimpulan atau konklusinya.

Kedua dengan melakukan penelitian terhadap logika materialnya, apakah sudah ada persesuaian antara pikiran yang diutarakan dengan kenyataan. Sampai disini ada perbedaan sedikit, apa yang bisa dilakukan oleh ilmu logika material dengan apa yang bisa dilakukan oleh ilmu spiritual semacam tawasuf dan irfan. Bagi ilmu logika material, mengukur kebenaran buah pikiran itu tidak lebih dari meneliti kesatuan (non kontradiksi) antara apa yang diucapkan berdasarkan buah pikiran dengan apa yang bisa dilihat sebagai fakta. Apakah buah pikiran sesuai dengan kenyataan atau tidak.

Bagi logika, ucapan adalah buah pikiran. Pikiran hanya bisa berbuah jika dia diucapkan melalui suara, ucapan, tulisan atau isyarat. Isyarat adalah perkataan yang dipadatkan, karena itu ia adalah perkataan juga. Jadi pikiran dan perkataan adalah identik, tidak berbeda satu sama lain dan yang satu bukan tambahan bagi yang lainnya. Dan bagi logika, susunan kata-kata yang keluar melalui ucapan, isyarat dan tulisan seseorang adalah ‘data’ dan data itu disebut sebagai premis-premis. Apakah premisnya sudah sesuai dengan kenyataan yang ada atau tidak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar