Pemberdayaan Masyarakat Papua, Langkah Nyata atau Sekedar Omongan saja pemerintah provinsi papua
Oleh: detius yoman
Sekarang ini sering kita dengar ikhwal Pemberdayaan Masyarakat, sepengetahuan orang yang paham bahasa Indonesia artinya adalah upaya yang mejadikan masyarakat berdaya. Dan memang benar demikian maksud 2 kata tersebut. Program Pemberdayaan Masyarakat dinilai sangat tepat guna mamberantas kemiskinan. Tapi kenyataannya tingkat kemiskinan tetap tinggi, bahkan terasa hidup ini makin sulit saja.
Pemerintah telah mencanangkan program pemberdayaan masyarakat sebagai yang terdepan dalam pembangunan negara ini, dan tidak sedikit dana yang dialokasikan untuk program tersebut. Upaya positif Pemerintah ini hendaknya dimaknai dengan baik pula oleh seluruh pihak.
Mari sedikit berlogika dengan 2 kata “Pemberdayaan Masyarakat”. Pertanyaan pertama adalah : “apakah masyarakat kita selama ini belum berdaya ?” Jawabnya tentu beragam. Dan kalau kita tarik garis tengah sebenarnya untuk aspek sosial, masyarakat kita punya budaya “gotong-royong” yang adi luhung dan menjadikan mereka berdaya, antara lain mampu mengatasi kekurangan dari aspek ”kapital” yang masih kurang. Sebagai contoh sebuah hajatan pernikahan di kampung biasanya melibatkan seisi kampung, hingga segala sajian dan persyaratan hajatan seolah ditanggung bersama. Mereka saling berbagi beban, dan menikmati bersama-sama. Lantas apa yang menjadikan masyarakat kita perlu diberdayakan ? untuk menghadap apa ? Banyak hal yang dihadapi masyarakat, arus budaya luar yang cenderung individual dan gempuran pengaruh-pengaruh yang bernuansa politis yang masih sangat kurang dipahami oleh masyarakat. Umumnya masyarkat kita terutama di perdesaan terlebih di luar jawa memang masih sangat lugu, polos apa adanya. Hingga mereka tak paham dengan sisi yang harus diwaspadai dari adanya pengaruh-pengaruh luar tersebut. Selain itu, masyarakat juga menghadapi tantangan jaman. Mereka dituntut makin cerdas, bisa baca dan tulis, minimal paham bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi di negara ini, agar mereka bisa berkomunikasi dan menerima informasi dengan baik.
Ini semua yang menjadikan masyarakat membutuhkan pemberdayaan, bukan karena mereka masih bodoh, tapi karena harus makin tangguh menghadapi tantangan jaman dan cerdas bersikap dalam menghadapi pengaruh dari luar.
Lantas siapa yang sepatutnya memberdayakan mereka ? Bicara pelaku pemberdayaan, maka kita mau tidak mau harus memahami setiap tahapan pemberdayaan. Dalam suatu untuk meningkatkan kapsitas, akan lebih berdaya guna dan lestari, jika memang menjadi kesadaran diri sendiri, sehingga tahapan awal pemberdayaan masyarakat adalah proses penyadaran diri Masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar